Hasil karya kerajinan pahatan batu tidak selalu berupa patung, relief, kaligrafi atau semacamnya. Dengan ide kreatif yang dipunyainya, Maryoto membuat tong sampah memiliki bahan batu putih.
Tentu saja tidak cuma cantik, dan juga berkesan elok serta unik.Inspirasi membuat tong sampah dari pahatan batu itu didorong oleh rasa perhatiannya yang tinggi pada alam. Ya, Maryoto adala figur penggemar lingkungan. Studionya yang ada di Jalan Piyungan-Prambanan km 3, Dusun Bercak, Desa Jogotirto, Kecamatan Berbah, Sleman terlihat asri.
Gubuk simpel yang dinamakan art stone studio Mouncer itu jadi basecamp barisan pemrosesan sampah mandiri berjuluk Sedyo Mulia. Waktu Suara Merdeka bertandang, Kamis (18/) tempo hari, kelihatan beberapa botol sisa air mineral berisi pupuk cair hasil olahan barisan itu. Di pojok depan pintu terpajang kotak memiliki ukuran besar terbuat dari batu warna putih. Itu satu diantara produk tong sampah hasil kreasi Maryoto.
“Bak sampah itu ada juga di sebelas titik sekitar lingkungan dusun sini,” sebut Maryoto.
Bukan hanya tong sampah biasa, wadah itu berperan untuk pengerjaan pupuk kompos. Prosedurnya gampang. Tinggal masukkan sampah organik ke tong itu, serta disemprot dengan cairan mikroorganik lokal untuk meminimalkan berbau. Sesudah dinanti 1,5-2 bulan, sampah bisa menjadi pupuk yang dapat digunakan untuk menyuburkan tanaman.
Artikel Terkait : harga batu alam 2019
Sebab mempunyai peranan jadi pengompos, design tong sampah itu dibikin sesuaikan. Sisi paling bawahnya dibuat dapat dibuka serta ditutup untuk mempermudah ambil kompos. Ia sendiri mengawali usaha kerajinan pahatan batu semenjak tahun 2000. Type batu yang dipakai ialah batu putih wajah Jogja yang didapat dari Wonosari. Ketertarikannya pada batu itu sebab ulet, serta jadikan ornament berkesan lebih hidup.
“Lama proses produksinya bergantung ukuran. Ukuran sedang, umumnya 4 hari tetapi jika besar dapat sampai 6 hari,” papar bapak 3 anak itu.
Untuk produk tong sampah ukuran standard dibandrol seharga Rp 1,3 juta. Sedang karya relief, harga per mtr. persegi sekitar Rp 900 ribu-Rp 1,5 juta bergantung kesukaran. Kepala Dukuh Kranggan 1, Suharmadi menjelaskan, barisan pemrosesan sampah di dusunnya tercipta semenjak April 2012.
Hal tersebut dilatarbelakangi jumlahnya sampah hingga membuat sekitar lingkungan jadi kotor. “Awalnya disosialisasikan di pertemuan PKK, RT, RW, pengajian, serta kelompok pemuda. Mereka jadi tergerak,” tutur Suharmadi.
Dusunnya bahkan juga 2x maju lomba green and clean tingkat kabupaten. Tahun 2016 lalu jadi juara 1 kelompok blue, serta tahun ini kembali maju dalam perlombaan yang sama.Untuk memberi dukungan program penghijauan di lingkungannya, tahun 2017 lalu didistribusikan penyediaan 12 unit tong sampah pahatan batu memakai dana desa. Satu unit rata-rata digunakan oleh 12 KK.
“Dahulu untuk bikin kompos itu gunakan bak bambu lalu ditukar tong yang memiliki bahan batu putih. Banyak manfaatnya, tidak hanya meningkatkan estetika dapat juga untuk tempelan tanaman,” katanya.